Minggu, 01 Desember 2013

Fenomena Istidroj

Ayat ke 44 dari surah al-An’am ini menjelaskan tentang fenomena istidroj, yakni diangkat menjadi lebih tinggi akan tetapi untuk dijatuhkan dari tempat yang lebih tinggi itu;

قال الله تعالى في قرآنه الكريم : فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ

Adakalanya ketika orang ingkar seingkar-ingkarnya, maksiat semaksiat-maksiatnya, justru malah terbuka segala pintu-pintu kesenangan bagi mereka. Tetapi ingat, hal itu tidaklah lama. Seperti yang disebutkan di dalam ayat itu selanjutnya;

حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

"...sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.."

Na’uudzubilaahi min dzaalik..

Ikhwah wa Akhowaty fillah,.
Ayat ini mengingatkan bahwa ada fenomena terkadang semakin maksiat seseorang, pintu-pintu kesenangan semakin mudah dia peroleh. Tetapi itu bukanlah berkah, melainkan istidroj, yakni diangkat untuk dijatuhkan dari tempat yang lebih tinggi. Kita pasti berfikir ‘kemudian bagaimana kita menjaga diri dari fenomena istidroj ini?’ karena tentu kita tidak ingin harta yang sudah kita miliki, kesehatan yang kita punyai, perolehan-perolehan yang sudah kita capai, hanya mengangkat kita untuk jatuh dari tempat yang lebih tinggi..

Ikhwah wa Akhowaty yang dirahmati oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala.. ada ‘ulama yang mengatakan “apabila engkau merasa rezekimu semakin banyak, kebaikan-kebaikan semakin mudah diperoleh, harta benda semakin gampang didapat, tetapi pada saat yang sama, engkau juga mengakui, menyadari, bahwa ibadahmu tidak semakin bertambah, kesholehanmu tidak semakin meningkat, ketaatanmu tidak semakin kuat, maka hati-hati, jangan-jangan semua yang diperoleh dengan mudah itu adalah istidroj. Engkau sedang diangkat tetapi untuk dijatuhkan dari tempat yang lebih tinggi”.. na’uudzubillaahi min dzaalik..

Karena itu, marilah kita bersyukur atas semua nikmat yang sudah kita miliki.. bertaubat dari kesalahan, dari dosa yang pernah atau sedang kita lakukan,. Sehingga dengan demikian, nikmat demi nikmat tadi menghantarkan kita kepada kebahagiaan hakiki, bukan mengangkat kita pada satu puncak, kemudian kita dijatuhkan dari puncak tersebut secara menyakitkan..

Semoga Allah menjadikan kita insan yang senantiasa bersyukur,. hati yang selalu bersemangat untuk taat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, jasad yang senantiasa sehat dan menggunakannya untuk amal kebaikan, serta berperan di dalam masyarakat untuk kebaikan-kebaikan kita semua..aamiin ya Mujiibas-saailiin..

[Senja di Kampus Peradaban, Ponpes Hidayatullah Pusat, Gunung Tembak Balikpapan, 17 Rabi’ul Awwal 1434 H]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar